Dalam mengkaji objek material, ilmu geografi memiliki sepuluh metode atau konsep dasar.
1. Konsep lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi. Konsep letak merupakan jawaban atas pertanyaan pertama dalam geografi, yaitu dimana?
a. Lokasi Absolut
Lokasi absolute 
menunjukkan letak yang tetap terhadap system grid (kisi-kisi) atau 
koordinat. Untuk menentukan lokasi absolute di muka bumi, digunakan 
system koordinat garis lintang dan bujur yang biasa disebut letak 
astronomis. Letak absolute bersifat tetap, tidak berubah, meskipun 
kondisi tempat yang bersangkutan terhadap sekitarnya tidak beerubah.
b. Lokasi relatif
Lokasi relatif lebih 
penting artinya dan lebih banyak dikaji dalam geografi serta lazim 
disebut sebagai letak geografis. Artinya lokasi ini berubah-ubah 
kaitannya dalam keadaan sekitar.
2. Konsep jarak
Jarak sebagai konsep geografi memiliki 
arti penting dalam kehidupan social, ekonomi, ataupun kepentingan 
pertahanan. Jarak mempunyai faktor pembatas yangbersifat alami, meskipun
 arti pentingnya bersifat relative sejalan dengan kemajuan kehidupan dan
 teknologi.
Jarak berkaitan erat dengan lokasi dan 
upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan poko kehidupan, seperti air, 
tanah yang subur dan pusat pelayanan. Jarak dapat dinyatakan dengan 
ukuran jarak lurus, diudara yang mudah diukur dengan peta (dengan 
memperhatikan skala peta). Namun, dapat pula dinyatakan sebagai jarak 
tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu perjalanan yang diperlukan 
maupun dengan satuan biaya angkutan.(Rapi Amiko Martunus)
Sejalan dengan kemajuan teknologi serta 
upaya efisiensi,jarak tempuh dan biaya angkutan antara dua tempat yang 
berjauhan akan berubah dari waktu ke waktu. Jarak yang semula ditempuh 
berhari-hari dengan berjalan kaki, dapat ditempuh dalam waktu beberapa 
jam dengan kendaraan bermotor kereta api, dan selanjutnya ditemput dalam
 waktu beberapa menit dengan menggunakan kapal terbang.
3. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan (accesbility) tidak selalu
 berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan 
atau ada tidaknya sarana angkutan dan komunikasi yang dapat dipakai.
Suatu tempat dapat dikatakan terasing 
atau terisolasi kalau tempat itu sukar dijangkau (dengan sarana 
komunikasi atau angkutan) dari tempat lain, meskipun tempat itu relatif 
tidak jauh dari tempat lain. Rintangan medan yang hanya berupa rangkaian
 pegunungan tinggi, hutan lebat, rawa-rawa, atau gurun pasir yang luas 
merupakan penyebab suatu tempat kurang dapat dijangkau dari tempat lain.
Faktor social yang berupa bahasa, adat 
istiadat, serta sikap pendudu yang berlainan (mencurigai setiap orang 
asing sebagai musuh) dapat menjadi factor penyebab kurang terjangkaunya 
suatu tempat.
Keterjangkauan umumnya berubah akibat 
perekonomian, perkembangan teknologi. Sebaliknya, tempat yang 
keterjangkauannya sangat rendah sulit mencapai kemajuan dan mengembangan
 perekonomiannya.
4. Konsep pola
Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, 
atau perseberan fenomena dalam ruang muka bumi, baik fenomena yang 
bersifat alami (aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan 
curah hujan) maupun fenomena social budaya (pemukiman, persebaran 
penduduk, mata pencaharian, dan jenis rumah tinggal).
Geografi mempelajari pola-pola bentuk dan
 persebaran fenomena, memahami mana atau artinya, serta berupaya untuk 
memanfaatkan dan mengintervensi atau memodifikasi pola-pola agar 
mendapatkan manfaat yang besar.
5. Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan 
daratan muka bumi sebagai hasil perangatan atau penurunan wilayah 
(secara geologi) yang lazim disebut erosi dan sedimentasi sehinggaada 
yang berbentuk pulau-pulau, daratan yang luas pegunungan dengan 
lereng-lereng tererosi, lembah-lembah dan daratan aluvialnya. Morfologi 
juga menyangkut bentuk lahan yang berkaitan dengan erosi dan 
pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air, serta 
vegetasi yang dominan.
Bentuk daaratan ataupun plato (dengan 
kemiringan tidak lebih dari 5 derajat) merupakan perwujudan wilayah yang
 mudah digunakan sebagai daerah pemukiman dan usaha pertanian serta 
usaha-usaha perekonomian lainnya. Jika diperhatikan peta persebaran 
penduduk Asia, ternyata penduduk yang padat terpusat pada lembah-lembah,
 sungai besar, dan tanah-tanah yang subur. Sebaliknya, wilayah 
pegunungan lazimnya merupakan wilayah pegunungan yang jarang 
penduduknya, bahkan tidak didiami manusia. Bentuk pulau dengan 
garis-garis pantai yang panjang memberikan arti khusus mengingat nilai 
maritimitas yang tinggi.
6. Konsep Aglomerasi (Menggerombol)
Aglomerasi merupakan kecenderungan 
penyebaran yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relative 
sempit paling menguntungkan, baik mengingat kesejenisan maupun 
faktor-faktor umum yang paling menguntungkan.
Di kota, penduduk cenderung tinggal 
mengelompo pada tingat yang sejenis sehingga timbul daerah pemukiman 
elit, daerah tempat tinggal para pedagang, daerah pemukiman atau 
kompleks perumnas yang kebanyakan berpenghuni para pegawai negeri, serta
 daerah pemukiman kumuh.
Di pedesaan yang masih agraris, penduduk 
cenderung menggerombol ditanah datar yang subur dan membentuk perdusunan
 atau pedesaan. Makin subur tanahdan luas dataran, makin besar desa dan 
jumlah penduduknya. Sebaliknya, makin terbatas tanah datar dan juga 
kurang subur, gerombolan bentuk desa makin kecil dan terpencar.
7. Konsep kegunaan
Nilai kegunaan fenomena atau 
sumber-sumber dimuka bumi ini bersifat relative, tidak sama bagi 
setiaporang atau golangan penduduk. Daerah  pantai berpasir yang landai 
dengan perairan yang jernih belum tentu memiliki kegunaan yang besar 
bagi penduduk setempat. Apalagi jika kehidupan penduduk tersebut 
berorientasipada pemanfaatan sumber-sumber didaratan dan banyak jalan 
darat dapat ditempuh. Sebaliknya bagi masyarakat kota yang hidupnya 
berkecukupan, daerah pantai bagi sebagian orang memiliki nilai tinggi, 
yaitu sebagai tempat rekreasi.
8. Konsep Interaksi dan Interpendensi
Interaksi merupakan peristiwa saling 
mempengaruhi objek atau tempat yang satu dan yang lainnya. Setiap 
tempatmengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak selalu sama 
dengan apa yang ada ditempat lain.Oleh karena itu, senantiasa terjadi 
interaksi atau bahkan iterpendensi antara yang satu dengan yang lainnya.(Rapi Amiko Martunus)
9. Konsep Diferensial Area
Disetiap tempat atau wilayah, terwujud 
hasil integrasi berbagai unsure atau fenomena lingungan yang bersifat 
alam maupun ehidupan. Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau 
wilayahyang lain. Unsur atau tempatfenomena lingkungan bersifat dinamis.
 Sementara itu, keadaan berubah dan interaksi atau integrasi juga 
menghasilkan karateristik yang berubah dari watu ke waktu.
10.  Konsep Keterkaitan RuanganKeterkaitan ruangan atau asosiasi keruangan menunjukan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruangan, baik yang menyangkut fenomena alam dan tumbuhan, maupun social.