Bisakah kita senang melihat tetangga senang?
Saya pernah tinggal di komplek perumahan yang penghuninya rata-rata memiliki perekonomian mapan. Saya juga pernah tinggal di perumahan yang kebanyakan warganya berpenghasilan pas-pasan. Tapi ternyata perbedaan status ekonomi ini tidak menyebabkan adanya perbedaan sikap dan perilaku dalam bertetangga. Jujur, terkadang saya frustrasi dalam menyikapi permasalahan lingkungan ini. Kalau saya analisis secara sederhana, konflik yang sering terjadi biasanya bermuara dari ketidaksenangan hati ketika melihat kebahagiaan yang dialami tetangganya. Misal, ada tetangga yang naik jabatan, tiba-tiba dia langsung dapat julukan ‘ibu walikota’ karena gayanya yang dianggap seperti istri pejabat. Ada yang punya mobil baru, langsung diselidiki dari mana sumber dananya sampai-sampai dia bisa beli mobil baru. Tetangga yang merenovasi rumahnya kecil-kecilan, bukan besar-besaran, pun jadi sasaran kecemburuan. Bukan hanya pada hal yang sifatnya materi, tapi juga merambah kepada ketidakrelaan melihat rumah tangga …
About the author
Miko is a simple human who has hobby off reading, writing, and likes to learn programming languages with a little dream to be alike a coconut tree