Mr. Miko - Setelah lulus kuliah dan menyandang
gelar sarjana, kita akan disibukkan dengan urusan mencari kerja. Ada
yang sengaja mengincar perusahaan-perusahaan besar, tapi ada pula yang
memilih perusahaan startup sebagai batu loncatan.
Yang
pasti, posisi sebagai karyawan biasanya jadi yang paling diincar. Gaji
tetap, jam kerja yang teratur, dan beragam fasilitas; menjadikan status
karyawan kantoran jadi buruan banyak orang. Padahal, kerja kantoran itu
nggak melulu menyenangkan, apalagi buat kamu yang masih usia 20-an. Apa
alasannya? Simak di artikel ini, ya!
1. Gaji tetap sering jadi alasan utama. Sementara di usia muda, toh uang bukan satu-satunya.
Bagi
orang dewasa, bekerja adalah suatu kewajiban. Dengan bekerja, kamu akan
punya penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Kamu
nggak lagi bergantung pada pemberian orang tua. Bahkan di titik ini kamu
bisa jadi yang berganti peran untuk menanggung kebutuhan mereka.
Itulah
mengapa gaji tetap seringkali jadi magnet yang kuat. Demi bisa
mencukupi kebutuhan setiap bulannya, kamu mati-matian berjuang untuk
mendapatkan posisi sebagai karyawan tetap di suatu perusahaan. Padahal
kalau usia-mu masih 20-an, hidup dan pekerjaan seharusnya nggak melulu
soal uang. Toh di usia ini kebutuhanmu boleh dibilang masih sedikit,
apalagi kalau kamu masih tinggal dengan orang tua. Dalam memilih
pekerjaan, gaji seharusnya nggak jadi patokan utama.
2. Jam kerja yang teratur membuatmu terjebak dalam rutinitas. Selain membosankan, hidup rasanya jadi nggak bebas.
Temen: “Eh, anak-anak mau liburan bareng akhir bulan besok. Ikut ‘kan loe?”
Kamu: “Lhah, gue belum ngajuin cuti. Kok mendadak sih?”
Temen: “Ya, kita-kita ‘kan kerjanya selow. Hehehe.”
Kamu: (cuma bisa nangis sambil tetep nyelesain kerjaan)
Bekerja
kantoran memang bikin hidupmu jadi lebih teratur. Gimana nggak? Setiap
hari kamu akan rutin bangun pagi. Bermodal alarm, rutinitas pagi harus
dilakoni tepat waktu supaya nggak telat sampai di kantor. Kamu baru akan
pulang ke rumah setelah selesai jam kantor, atau setelah tugas-tugasmu
pada hari itu selesai.
Nah, rutinitas macam inilah yang kadang
membuat kamu bosan. Melakoni kegiatan yang sama setiap harinya pasti
membuatmu ingin sejenak kabur untuk menjajal aktvitas lain, misalnya
pergi liburan. Sayangnya, kamu nggak bisa seenaknya kalau sudah bekerja.
Untuk mendapat kesempatan libur, kamu harus mengajukan cuti sejak
jauh-jauh hari. Dan nggak bisa dipungkiri, dengan bekerja 6 atau 5 hari
dalam seminggu, ada perasaan terkekang yang kadang menghampirimu.
3. Kamu akrab dengan dinding kantor dan meja kerja, padahal ada dunia yang lebih indah menunggu dijelajahi di luar sana.
Sebagai
pekerja kantoran, kamu bakal akrab banget sama ruanganmu. Termasuk meja
kerja, komputer atau laptop, dan berkas-berkas yang sehari-harinya jadi
‘makananmu’. Bisa jadi selama 8 jam kamu hanya akan melihat benda-benda
ini. Sesekali melipir pergi untuk ke kamar mandi, makan siang, atau
bikin kopi di pantry. Bandingkan dengan mereka yang bekerja di lapangan, misalnya jadi tour guide atau wartawan yang sehari-harinya liputan. Pasti banyak hal baru nan menarik yang bisa mereka temukan, ya!
4. Rela duduk 8 jam per hari? Badan dan tulang mudamu seharusnya lebih banyak bergerak setiap hari!
Duduk
dan bekerja di depan komputer bisa jadi bahaya yang nggak disadari.
Apalagi kalau kamu duduk hampir 8 jam sehari selama 5 sampai 6 hari
kerja. Menurut penelitian, duduk terlalu lama bisa meningkatkan risiko
gangguan kesehatan, seperti kanker, diabetes, hingga penyakit jantung.
Dari sekitar 70.000 kasus kanker, duduk terlalu lama terhubung dengan
24% kanker usus, 32% kanker endometrium, dan 21% kanker paru-paru.
Bukannya
mau nakut-nakutin sih, tapi fakta penelitian tersebut bisa jadi bahan
pertimbanganmu ‘kan? Mumpung masih muda, sebaiknya kamu berhati-hati
dengan kesehatanmu. Akan lebih baik kalau kamu memilih pekerjaan yang
nggak beresiko buat kesehatan.
5. Iya sih dapat tunjangan dan asuransi, tapi kerja di luar kantor memungkinkanmu punya jaringan yang lebih luas lagi.
Salah
satu kelebihan bekerja kantoran adalah adanya asuransi kesehatan dan
berbagai jenis tunjangan. Kamu akan merasa lebih aman dan nyaman karena
kebutuhanmu bakal di-cover jika sewaktu-waktu jatuh sakit.
Selain itu, kamu juga punya kesempatan mendapat berbagai jenis
tunjangan. Lumayan ‘kan buat menambah penghasilanmu.
Sayangnya, segala kelebihan ini harus dibayar mahal dengan
minimnya jaringan pergaulanmu. Bekerja kantoran membuatmu sekadar
berhubungan dengan atasan dan beberapa rekan satu divisi saja. Apalagi
kalau kamu malas bersosialisasi, jadi deh cuma akrab sama komputer dan
berkas-berkas pekerjaan saja. Sementara kalau kamu bekerja di lapangan,
misalnya jadi marketing, jaringanmu dijamin bakal lebih luas lagi.
6. Pekerja kantoran cenderung dianggap sudah mapan, tapi mereka yang ada di lapangan malah sebenarnya kaya pengalaman.
Calon mertua: “Kamu kerja dimana, Mas?”
Kamu: (dengan percaya diri) “Saya di perusahaan X, Pak.”
Iya
sih, kerja kantoran itu bikin kepercayaan dirimu meningkat, apalagi
ketika bertemu calon mertua. Kamu bisa menjawab dengan mantap kalau
mereka bertanya soal pekerjaan. Nggak bisa dipungkiri, kerja kantoran
memang memberi kesan mapan. Yang pasti, calon mertua juga bakal lebih
tenang kalau anaknya dapat pasangan pekerja kantoran.
Padahal
kalau diadu soal pengalaman, mereka yang kerja di lapangan dijamin nggak
kalah lho. Justru biasanya orang-orang kantoran itu lebih kaya
pengalaman lantaran setiap hari ketemu banyak orang dan menghadapi
situasi yang beragam.
7. Daripada belajar hal yang itu-itu saja, manfaatkan waktumu untuk belajar ilmu-ilmu lainnya.
Menduduki
satu posisi di sebuah perusahaan menjadikanmu khatam dengan tugas-tugas
tertentu saja. Misalnya sebagai akunting, kamu terbiasa berkutat dengan
laporan-laporan keuangan dan alur keluar masuk uang di perusahaan. Hal
ini bikin kamu nggak punya kesempatan untuk menjajal pekerjaan lainnya.
Sementara, kamu yang bekerja freelance justru punya kesempatan untuk meng-eksplore skill
dan kemampuan. Ada lowongan jadi penulis diambil, peluang jadi
penerjemah bahasa asing dijabanin, dapat pekerjaan marketing produk juga
digarap – pokoknya kamu selalu punya kesempatan untuk memaksimalkan
diri deh!
8. Anak muda seharusnya nggak tinggal di zona nyaman, tapi pergi keluar mencari tantangan.
Umumnya,
seseorang pasti akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu.
Pasalnya, setidaknya kamu sudah punya bekal untuk menyelesaikan
tugas-tugas di kantormu. Kamu pun nggak perlu belajar dari awal sehingga
pekerjaan jadi lebih lancar. Meski bagus, hal semacam ini justru
membuatmu memilih berdiam diri di zona nyaman. Kamu nggak mau menjajal
hal lain yang di luar kemampuan. Kamu enggan menghadapi tantangan.
9. Bekerja kantoran memang mengharuskanmu bersosialisasi. Tapi di lapangan kamu baru mengerti rasanya berbagi.
Yang
satu ini mungkin hanya dimengerti mereka yang bekerja di lapangan.
Misalnya para reporter berita dan kameramen, atau fotografer dan
kru-nya. Mengalami susah senang selama bekerja di luar kantor membuat
kebersamaan dan kedekatan di antara mereka terjalin lebih erat.
Meski
para pekerja kantoran juga seringkali harus bekerja bersama-sama dalam
tim, tapi sensasi kebersamaan akan lebih terasa saat di luar kantor.
Pokoknya susah senang sama-sama deh!
10. Tanpa status sebagai karyawan kantoran, banyak peluang untuk pekerjaan tambahan. Kalau sudah begitu, kamu bisa punya beberapa sumber penghasilan.
Setelah bekerja 8 jam sehari (dan kadang ditambah lembur), kamu akan pulang ke rumah dalam kondisi lelah. Akhir pekan pun biasanya kamu habiskan untuk istirahat atau berlibur. Nggak ada waktu lagi kalau harus memikirkan soal bisnis atau pekerjaan sampingan.Kondisi berbeda tentu dirasakan mereka yang memang bekerja freelance atau buka bisnis sendiri. Berbagai peluang pekerjaan sampingan selalu terbuka, sehingga sumber penghasilan pun tak lagi terhitung banyaknya. Lantaran nggak cuma mengandalkan satu sumber penghasilan saja, kualitas hidupmu pun jadi lebih cepat meningkat. Pokoknya nggak cuma dapat gaji segitu-gitu aja deh…
Nah, gimana? Kamu yang masih usia 20-an, kira-kira milih kerja kantoran atau setuju dengan artikel ini? Apapun keputusannya, pilihan tetap ada di tanganmu kok.