shiina mashiiro - Minangkabau adalah etnis yang unik, sebagai etnis/suku yang
memegang paham matrilineal, Minangkabau meletakkan perempuan dalam
posisi yang sangat istimewa. Di alam Minangkabau, perempuan amat sangat
dihormati. Perempuan memiliki tempat dan hak suara di dalam kaum.
Pendapatnya didengar, pertimbangannya diperlukan. Perempuan benar-benar
mempunyai nilai. Jika kita larikan ke falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah penghormatan
Minangkabau terhadap perempuan selaras dengan penghormatan syarak/agama
Islam terhadap mereka, sebagaimana termaktubnya surat khusus bernama
An-Nisa (perempuan) dalam kitabullah (Al-Qur’an).
Keistimewaan yang diberikan kepada perempuan Minangkabau itu tentu
harus diikuti dengan serangkaian usaha untuk menjaganya. Sebab, sesuatu
yang istimewa adalah sesuatu yang terjaga dan dipelihara sebaik mungkin.
Oleh karena itu, para pendahulu menetapkan aturan atau pendidikan
terhadap anak-anak perempuan agar tetap menjaga keistimewaan mereka.
Nuansa pendidikan itu disebut dengan sumbang, yang dapat
diartikan sebagai sesuatu yang tidak pada tempatnya. Sumbang ini terdiri
dari 12 poin yang bisa kita bahasakan sebagai 12 budaya terlarang bagi
perempuan Minangkabau. Budaya dalam konteks ini berarti kebiasaan yang
tidak boleh dilakukan oleh perempuan Minang demi menjaga warisan budaya
dari para pendahulunya.
Sumbang Duduak
Duduk yang sopan bagi perempuan Minang adalah bersimpuh, bukan
bersila macam laki-laki, apalagi mencangkung atau menegakkan lutut.
Ketika duduk di atas kursi duduklah dengan menyamping, rapatkan paha.
Jika berboncengan jangan mengangkang.
Sumbang Tagak
Perempuan dilarang berdiri di depan pintu atau di tangga. Jangan
berdiri di pinggir jalan jika tidak ada yang dinanti. Sumbang berdiri
dengan laki-laki yang bukan muhrim.
Sumbang Jalan
Ketika berjalan, perempuan Minang harus berkawan, paling kurang
dengan anak kecil. Jangan berjalan tergesa-gesa apalagi
mendongkak-dongkak. Jika berjalan dengan laki-laki berjalanlah di
belakang. Jangan menghalagi jalan ketika bersama dengan teman sebaya.
Sumbang Kato
Berkatalah dengan lemah lembut, berkatalah sedikit-sedikit agar paham
maksudnya, jangan serupa murai batu atau serupa air terjun. Jangan
menyela atau memotong perkataan orang, dengarkanlah dulu hingga selesai.
Berkata-katalah yang baik.
Sumbang Caliak
Kurang tertib seorang perempuan Minang ketika suka menantang
pandangan lawan jenis, alihkanlah pandangan pada yang lain atau menunduk
dan melihat ke bawah. Dilarang sering melihat jam ketika ada tamu.
Jangan suka mematut diri sendiri.
Sumbang Makan
Jangan makan sambil berdiri, nyampang makan dengan tangan genggamlah
nasi dengan ujung jari, bawa ke mulut pelan-pelan dan jangan membuka
mulut lebar-lebar. Ketika makan dengan sendok jangan sampai sendok
beradu dengan gigi. Ingat-ingat dalam bertambah (batambuah).
Sumbang Pakai
Jangan mengenakan baju yang sempit dan jarang. Tidak boleh yang
menampakkan rahasia tubuh apalagi yang tersimbah atas dan bawah.
Gunakanlah baju yang longgar, serasikan dengan warna kulit dan kondisi
yang tepat, agar rancak dipandang mata.
Sumbang Karajo
Kerjaan perempuan Minang adalah yang ringan serta tidak rumit.
Pekerjaan sulit serahkanlah pada kaum laki-laki. Jika kerja di kantor
yang rancak adalah menjadi guru.
Sumbang Tanyo
Jangan bertanya macam menguji. Bertanyalah dengan lemah lembut. Simak lebih dahulu baik-baik dan bertanyalah jelas-jelas.
Sumbang Jawek
Ketika menjawab, jawablah dengan baik, jangan jawab asal pertanyaan,
jawablah sekadar yang perlu dijawab tinggalkan yang tidak perlu.
Sumbang Bagaua
Jangan bergaul dengan laki-laki jika hanya diri sendiri yang
perempuan. Jangan bergaul dengan anak kecil apalagi ikut permainan
mereka. Peliharalah lidah dalam bergaul. Ikhlaslah dalam menolong agar
senang teman dengan kita.
Sumbang Kurenah
Tidak baik berbisik-bisik saat tengah bersama. Jangan menutup hidung
di keramaian. Jangan tertawa di atas penderitaan orang lain, apalagi
hingga terbahak-bahak. Jika bercanda, secukupnya saja dan diagak-agak,
agar tidak tersinggung orang yang mendengar. Jagalah kepercayaan orang
lain, jangan seperti musang yang berbulu ayam.
Keistimewaan tentu harus dijaga dengan usaha yang ekstra. Bagai
berlian yang dikurung di etalase kaca anti pecah dan bergembok, tak
sembarang orang bisa menyentuhnya. Perempuan Minangkabau sangat
berharga, bahkan jauh lebih berharga dari berlian yang dicontohkan itu.
Berharganya dan istimewanya mereka selaras dengan harga diri yang perlu
mereka pertahankan dengan teguh. Sebab, ketika perempuan Minang bisa
menjaga semua itu, ketika perempuan Minang mampu menjaga diri dari 12
sumbang yang telah dijelaskan di atas, dari situlah kecantikan sejati
akan memancar dan kecantikan itu sampai kapanpun takkan pernah pudar.