Yang seharusnya dilakukan media Darwinis adalah menampilkan
fosil-fosil bentuk peralihan yang menunjukkan bukti evolusi, daripada
mencoba menutupi temuan-temuan ilmiah tersebut. Namun tak satu fosil
bentuk peralihan pun telah ditemukan hingga kini, dan tidaklah mungkin
fosil itu akan ditemukan di masa mendatang. Sungguh, semua tantangan
kami kepada para evolusionis agar mereka memamerkan bentuk-bentuk
peralihan mana pun yang mungkin mereka miliki tidak pernah dipenuhi, dan
kaum Darwinis menjadi bungkam di hadapan temuan-temuan fosil yang
membuktikan fakta Penciptaan.
Mereka yang berusaha menghentikan pameran fosil tidak sadar bahwa
terdapat jutaan fosil di bawah bangunan-bangunan tempat fosil-fosil ini
dipamerkan dan di bawah jalan-jalan yang mereka lalui untuk meliput
masalah ini, dan bahwa masing-masing dari fosil ini mengarahkan kepada
Penciptaan. Di daerah mana pun di Anatolia dilakukan penggalian, atau di
kota mana pun di Marmara, atau di distrik mana pun di Istanbul, tidak
peduli jalan mana yang digali, jutaan fosil yang keberadaannya membuat
orang-orang ini sedemikian ketakuan akan ditemukan. Hanya beberapa
contoh, seperti fosil ikan berumur 15 juta tahun ditemukan selama
penggalian sebuah sumur di Feke, Adana; fosil gajah, kambing dan kuda
nil berumur 10-8 juta tahun, ditemukan di Nevshir; fosil ikan gurami
berumur 15 juta tahun ditemukan di penambangan batu di Silifke, Mersin;
atau fosil gajah, rusa, badak, jerapah, kambing dan beruang ditemukan di
Kokluce, Sivas merupakan bukti berlimpahnya jumlah fosil yang
membuktikan Penciptaan yang ada di perut bumi.
Menyebarluaskan liputan berjudul “Tutup pameran-pameran ini!” atau
“Larang buku ini!” dan menggunakannya untuk ditanamkan ke dalam pikiran
masyarakat umum, padahal bumi yang mereka injak dipenuhi fosil yang
membuktikan fakta Penciptaan, menunjukkan kesulitan mengenaskan yang
kini dialami sendiri oleh kaum Darwinis.
Hanya fosil-fosil yang benar-benar telah membatu yang ditampilkan
pada pameran ini, dan di bawahnya ditulis kata-kata “fosil ini tetap
tidak berubah selama ratusan juta tahun.” Fosil-fosil tersebut sama
persis dengan spesimen masa kini, dan masyarakat umum dapat memahami hal
ini dengan mudah tanpa perlu penjelasan lebih dalam. Jutaan fosil,
seperti laba-laba berumur 125 juta tahun, buaya berumur 100 juta tahun,
udang berumur 95 juta tahun, semut berumur 45 juta tahun, pakis berumur
300 juta tahun, daun tumbuhan Willow berumur 50 juta tahun atau
tengkorak hyena berumur 80 juta tahun memberitahu kita “kami tidak
pernah berevolusi, kami diciptakan.” Fosil-fosil ini menunjukkan bahwa
teori evolusi adalah sebuah mitos, tanpa perlu penjabaran tambahan apa
pun. Siapa pun yang berpikir lurus dengan daya pemahaman dapat dengan
mudah memahami ini. Sekali mereka melihat bukti-bukti yang terlampau
jelas dan nyata ini, masyarakat tidak akan tersesatkan lagi oleh
penipuan Darwinisme.
Bertahun-tahun, Darwinisme benar-benar telah memiliki pengaruh
hipnotis pada masyarakat dan menanamkan ke dalam pikiran mereka sebuah
kebohongan besar. Namun sekarang tiada guna lagi bagi media evolusionis
melanjutkan kebohongan ini dengan cara yang begitu menyedihkan.
Sebagaimana ratusan ribu orang yang telah melihat dan menerima
fakta-fakta yang sebenarnya, mereka juga wajib mengakui bahwa mereka
telah “dibohongi” dan sadar bahwa tidaklah pernah terlambat untuk
memperbaiki kerusakan yang telah dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Darwinisme di Turki terus
berkurang setiap harinya. Pada awal 1980-an, jumlah orang yang tidak
percaya pada evolusi sekitar 30 – 40%, namun sebuah jajak pendapat yang
dilakukan pada 2006 menunjukkan bahwa 75% rakyat Turki tidak lagi
percaya pada teori evolusi. Menurut jajak pendapat terakhir oleh Yayasan
Pengkajian Ekonomi dan Sosial Turki (TESEV), 87,4% rakyat Turki percaya
bahwa “Tuhan menciptakan manusia.”
Perkembangan serupa terjadi di Prancis, di mana orang-orang
dikejutkan dengan fakta-fakta ilmiah yang mereka saksikan pada Atlas
Penciptaan. Jika jajak pendapat dilakukan tahun depan, maka akan tampak
perbedaan besar antara jumlah orang di Prancis yang mempercayai teori
evolusi tahun lalu dan tahun depan. Jika ditanyai tahun depan, sejumlah
besar masyarakat Prancis akan mengatakan bahwa mereka tidak percaya
pada Darwinisme. Dan tidak hanya di Prancis; orang-orang di Italia,
Inggris, Jerman, Swis, Denmark dan Belgia, singkatnya, orang-orang di
seluruh dunia, akan menyaksikan fakta-fakta tersebut dan dengan segera
terbebaskan dari sihir Darwinisme. Matahari yang akan menerangi seluruh
dunia telah lahir.
Formula Darwinisme yang Tidak Rasional, Tidak Logis dan Tidak Ilmiah
Pada kenyataannya, pernyataan mendasar Darwinisme sepenuhnya
tidaklah ilmiah, dan ketiadaan nalarnya sedemikian jelas sehingga anak
usia sekolah dasar pun dapat melihatnya. Menurut Darwinisme, dengan cara
yang tidak dapat dijelaskan, sel pertama diduga terbentuk di lingkungan
zaman purba bumi, dalam sebuah genangan air berlumpur. Dan dari sel
tunggal itu, serangkaian kejadian kebetulan tanpa akhir benar-benar
memunculkan hewan, tumbuhan, manusia dan peradaban. Dengan kata lain,
seluruh umat manusia, dan juga seluruh kerajaan tumbuhan dan hewan,
diyakini sebagai hasil karya lumpur berkadar tepat, waktu yang lama dan
berlimpah kejadian kebetulan.
Menurut kaum Darwinis, yang menderita kekurangan nalar yang jelas,
bahan-bahan tadi, yang masing-masingnya tidak berkesadaran, memunculkan
manusia yang memiliki akal dan kesadaran, yang berpikir, mencintai,
merasa kasihan, memiliki penilaian bijaksana, menghasilkan lukisan dan
patung, menggubah simponi, menulis buku cerita, membangun pencakar
langit, membangun reaktor nuklir, menemukan penyebab penyakit dan meramu
obat untuk mengobatinya, atau berpolitik. Mereka menyatakan bahwa
ketika waktu yang cukup telah terlewati, singa, harimau, kelinci, rusa,
gajah, kucing, anjing, ngengat, lalat, buaya dan burung semuanya
berevolusi secara kebetulan dari air berlumpur. Semua jenis buah-buahan
dan sayur-mayur, dengan rasa dan aromanya yang khas – jeruk, strawberi,
pisang, apel, anggur, tomat, lada – bunga dengan bentuk yang tiada
bandingannya dan tetumbuhan lain kesemuanya muncul dari lumpur yang
sama.
Singkatnya, sejak zaman Darwin, tak terhitung tulisan, karya tulis
ilmiah, film, laporan surat kabar, artikel majalah dan acara televisi
telah mengulang-ulang cerita evolusionis bahwa semua bentuk kehidupan
muncul secara kebetulan dari lumpur. Dengan kata lain, jika Anda
bertanya pada seorang Darwinis “Bagaimana peradaban kita muncul?” atau,
“Bagaimana begitu banyak bentuk kehidupan muncul menjadi ada?” atau,
“Bagaimana manusia menjadi ada?” Inti jawaban yang akan Anda terima
adalah ini: Kejadian-kejadian kebetulan memunculkan semua hal tersebut
dari lumpur, seiring berjalannya waktu.
Tak diragukan, seseorang mestilah tidak berakal atau tidak memiliki
sarana pemahaman apa pun untuk mempercayai dongeng semacam itu. Namun
anehnya, teori yang sangat tidak masuk akal dan bertentangan dengan
nalar itu memiliki pengikut selama bertahun-tahun dan masih terus
disebarluaskan dengan bungkus ilmiah.
Darwin Sendiri Menyatakan bahwa Tidak Ada Fosil Bentuk Peralihan
1. Dalam bab “Kesulitan Pada Teori” dari bukunya, Darwin menulis:
“… Mengapa, jika spesies-spesies telah diturunkan dari spesies lain
melalui perubahan halus bertahap, tidak kita saksikan di mana pun
bentuk-bentuk peralihan yang tak terhitung? Mengapa seluruh makhluk
hidup tidaklah membingungkan tapi malah berwujud spesies, seperti yang
kita lihat, yang terpisahkan dengan baik? … Tetapi, karena menurut teori
ini bentuk peralihan yang tak terhitung haruslah pernah ada, mengapa
kita tidak menemukannya terpendam dalam jumlah tak terhitung dalam kerak
bumi? …Lalu kenapa tidak setiap bentukan geologis dan setiap lapisan
dipenuhi rantai-rantai peralihan semacam itu? Geologi sudah pasti tidak
menyingkap rantai kehidupan apa pun yang berubah secara halus bertahap
semacam itu; dan ini, mungkin, adalah keberatan paling jelas dan berat
yang dapat dikemukakan untuk melawan teori saya.” (Charles Darwin, The Origin of Species, hal. 172)
2. Walaupun seorang evolusionis, profesor Steven M. Stanley dari
Universitas John Hopkins, mengakui fakta tentang catatan fosil, dengan
mengatakan:
“Catatan fosil yang diketahui tidaklah, dan tidak pernah, sesuai
dengan teori perubahan bertahap… sebagaimana ditulis baru-baru ini oleh
sejarawan biologi William Coleman, ‘Sebagian besar pakar fosil merasa
bukti-bukti mereka semata-mata bertentangan dengan penekanan Darwin pada
perubahan-perubahan teramat kecil, lambat dan terkumpul yang mengarah
pada perubahan spesies.’ …kisah mereka telah disembunyikan.” (S. M.
Stanley, The New Evolutionary Timetable: Fossils, Genes, and the Origin of Species, Basic Books Inc. Publishers, N.Y., 1981, hal. 71)
3. Pakar fosil Niles Edredge dan antropolog Ian Tattersall, dari
Museum Sejarah Alam Amerika, menyatakan bahwa catatan fosil sudah cukup
memberikan pemahaman tentang sejarah kehidupan dan bahwa hal itu sama
sekali tidak mendukung teori evolusi:
“Bahwa masing-masing jenis fosil diakui tetaplah sama di sepanjang
masa keberadaan mereka dalam catatan fosil telah diketahui para ahli
fosil jauh sebelum Darwin menerbitkan bukunya. Darwin sendiri,
…meramalkan bahwa ilmuwan-fosil generasi mendatang akan mengisi celah
ini dengan pencarian yang tekun… Penelitian tentang fosil seratus dua
puluh tahun kemudian, telah terlampau jelas bahwa catatan fosil tidak
akan membenarkan ramalan Darwin tentang masalah ini. Permasalahan ini
bukan pula karena catatan yang sangat tidak lengkap. Catatan fosil
sekedar menunjukkan bahwa ramalan ini salah.” (N. Eldredge and I.
Tattersall, The Myths of Human Evolution, Columbia University Press, 1982, hal. 45-46)
4. Profesor paleontologi dari Universitas Glasgow, T. Neville George mengakui hal ini bertahun-tahun silam:
“Tidak perlu lagi meminta maaf atas miskinnya catatan fosil. Dalam
beberapa hal [catatan fosil] sudah berlimpah hingga hampir susah
disusun, dan penemuan melampaui penyusunan… Walaupun begitu, catatan
fosil sebagian besarnya masih tersusun atas celah-celah. “(T. N. George,
“Fossils in Evolutionary Perspective,” Science Progress, Vol. 48, Januari 1960, hal. 1)
5. Kapan pun catatan fosil disebutkan, sebagian besar orang membuat
kesan bahwa terdapat kaitan positif antara catatan fosil dan teori
Darwin. Kesalahan ini dibahas dalam sebuah tulisan dalam jurnal Science:
“Sejumlah besar ilmuwan yang terlatih-baik di luar bidang biologi
evolusi dan paleontologi sayangnya telah berpikiran bahwa catatan fosil
lebih bersifat Darwinis dari pada yang sebenarnya… Di tahun-tahun
setelah Darwin, para pembelanya berharap menemukan perkembangan yang
dapat diperkirakan. Secara umum, ini masih belum ditemukan namun harapan
tersebut telah tetap bertahan, dan sejumlah khayalan murni telah
merasuki buku-buku pelajaran.” (Science, 17Juli 1981, hal. 289)
6. Sebagaimana diamati oleh Edmund J. Ambrose, profesor emeritus biologi sel pada Universitas London:
“Pada tahap sekrang dari penelitian geologis, kita harus mengakui
bahwa tidak ada sesuatu pun dalam catatan geologis yang bertentangan
dengan pandangan para penganut penciptaan konservatif, bahwa Tuhan telah
menciptakan tiap-tiap spesies secara terpisah…” (Edmund J. Ambrose, The Nature and Origin of the Biological World, John Wiley & Sons, 1982, hal. 164)
Karya Besar Yang Telah Mengguncang Prancis
Jilid pertama dari tujuh jilid yang direncanakan dari buku Atlas
Penciptaan, yang tersusun dari 5.600 halaman dan sekitar 11.000 gambar,
telah mengejutkan Prancis.
Karya raksasa setebal 764 halaman ini, satu-satunya di dunia dengan
ukuran 28 x 38 sentimeter dan dicetak dengan mutu pengerjaan prima,
menampilkan ratusan fosil, masing-masing membantah teori evolusi dan
berisi pengetahuan paling meyakinkan tentang keruntuhan Darwinisme.
Dengan gambar hologram asli pada sampulnya, sekitar 1.500 gambar dan
foto berwarna pada kertas mengkilat, buku tersebut luar biasa dalam
penampakan fisiknya. Selain itu, karya penting ini dilengkapi dengan VCD
dokumenter Fossils Have Discredited Evolution (Fosil MembantahEvolusi). . . Anda dapat membeli buku ini langsung dari Global Publishing, atau membacanya secara gratis melalui Internet.
UNTUK MENYAKSIKAN BETAPA SESUNGGUHNYA TEORI EVOLUSI ADALAH SEBUAH
KEBOHONGAN, ANDA HARUS MEMBACA BUKU-BUKU KARYA HARUN YAHYA (ADNAN OKTAR)
INI!
Dengan nama pena Harun Yahya, Adnan Oktar telah menulis sekitar 250
buku, yang keseluruhannya mencapai 46.000 halaman, dan memuat sekitar
31.500 gambar. Sekitar 7.000 dari keseluruhan halaman ini—dan 6.000 dari
keseluruhan gambar tersebut—mengulas tentang keruntuhan Teori Evolusi.